Ketika Amerika Serikat sedang menikmati manisnya keberhasilan eksplorasi dan eksploitasi cadangan gas dan minyak dari formasi batuan shale, China juga memendam mimpi yang sama. Apalagi negeri itu secara teori dikaruniai cadangan gas shale terbesar di dunia. Pada 2012, Badan Energi Nasional China menargetkan bahwa pada 2020 bakal ada 60 sampai 80 miliar meter kubik gas shale domestik bakal dipompa keluar dari perut Bumi. Awal pekan ini, kepala Badan Energi Nasional Wu Xinxiong memangkas proyeksi itu separuhnya menjadi 30 miliar meter kubik pada 2020.
Walau cadangan gas shale China sangat besar, sebagian besar terpendam di bawah pegunungan yang terletak di bagian barat negeri itu, bukan kawasan yang mudah untuk dilakukan eksplorasi dan eksploitasi. Rupanya, keinginan pemimpin China untuk meniru kesukesan Amerika guna menghadapi lonjakan permintaan energi lebih sulit tercapai. Amerika Serikat memiliki keunggulan yang tak dimiliki China. Formasi gas shale Amerika terpendam di bawah kawasan yang mudah dijangkau, dataran rendah yang terbentang mulai dari Texas, North Dakota, dan Pennsylvania.
Sejauh ini, eksplorasi gas shale di China baru bisa mengidentifikasi satu lokasi yang menjanjikan, yaitu ladang gas Fuling yang terletak dekat Chongqing, kota metropolitan raksasa di bagian barat negeri itu. Perusahaan negara Sinopec yang menguasai konsesi lapangan gas Fuling, memproyeksikan produksi gas tahunan dari tempat itu bisa mencapai 5 miliar kubik meter pada 2015 dan 10 miliar kubik meter dua tahun berikutnya.
Namun, sejauh ini belum ada lapangan gas shale dengan potensi setara Fuling yang ditemukan. Belum jelas dari mana tambahan 20 miliar meter kubik tambahan untuk memenuhi target terbaru Badan Energi Nasional itu akan didapatkan. Namun, meskipun Sinopec merupakan pemain utama dalam pengembangan ladang gas shale, dua perusahaan energi asing yaitu Royal Dutch Shell dan Hess juga telah mendapatkan kontrak bagi hasil produksi untuk ladang gas potensial lainnya.
Walau cadangan gas shale China sangat besar, sebagian besar terpendam di bawah pegunungan yang terletak di bagian barat negeri itu, bukan kawasan yang mudah untuk dilakukan eksplorasi dan eksploitasi. Rupanya, keinginan pemimpin China untuk meniru kesukesan Amerika guna menghadapi lonjakan permintaan energi lebih sulit tercapai. Amerika Serikat memiliki keunggulan yang tak dimiliki China. Formasi gas shale Amerika terpendam di bawah kawasan yang mudah dijangkau, dataran rendah yang terbentang mulai dari Texas, North Dakota, dan Pennsylvania.
Sejauh ini, eksplorasi gas shale di China baru bisa mengidentifikasi satu lokasi yang menjanjikan, yaitu ladang gas Fuling yang terletak dekat Chongqing, kota metropolitan raksasa di bagian barat negeri itu. Perusahaan negara Sinopec yang menguasai konsesi lapangan gas Fuling, memproyeksikan produksi gas tahunan dari tempat itu bisa mencapai 5 miliar kubik meter pada 2015 dan 10 miliar kubik meter dua tahun berikutnya.
Namun, sejauh ini belum ada lapangan gas shale dengan potensi setara Fuling yang ditemukan. Belum jelas dari mana tambahan 20 miliar meter kubik tambahan untuk memenuhi target terbaru Badan Energi Nasional itu akan didapatkan. Namun, meskipun Sinopec merupakan pemain utama dalam pengembangan ladang gas shale, dua perusahaan energi asing yaitu Royal Dutch Shell dan Hess juga telah mendapatkan kontrak bagi hasil produksi untuk ladang gas potensial lainnya.
Facebook baru saja mengakuisisi PrivateCore, usaha rintisan yang mengembangkan peranti lunak untuk perlindungan data guna memperkuat keamanan sistem jaringan media sosial terbesar mereka, pekan lalu. Syarat kesepakatan itu tak diungkapkan ke publik, namun sudah lama diketahui upaya Facebook untuk meningkatkan keamanan jaringan sosial mereka dengan sistem enkripsi dan akuisisi PrivateCore merupakan bagian dari langkah pembangunan pertahanan elektronika itu, kata Direktur Keamanan Facebook Joe Sullivan dalam blog post perusahaan.
PrivateCore merupakan perusahaan yang berbasis di Palo Alto, California, yang didirikan oleh veteran pakar keamanan dari Google dan VMware pada 2012 lalu. Usaha rintisan itu didukung permodalan dari Foundation Capital. Dalam blog post, CEO PrivateCore Oded Horovitz menyatakan bahwa dengan bergabung ke Facebook membuat mereka memiliki skala untuk bisa membuat "koneksi dunia menjadi lebih aman."
Peretasan dan pembajakan situs telah menjadi hal yang jamak terjadi saat ini, insiden yang bisa menggoyahkan posisi dan juga hubungan Facebook dengan lebih dari satu miliar pengguna bila data mereka bisa dibobol penjahat dunia maya. Awal pekan lalu, perusahaan keamanan Amerika Serikat menyatakan bahwa kelompok peretas asal Rusia telah berhasil mendapatkan 1,2 miliar nama dan kata sandi. Perusahaan ritel seperti Target, EBay, sampai aplikasi kirim pesan foto Snapchat juga pernah mengalami peretasan yang bertujuan mencuri data transaksi kartu kredit penggunanya.
"Kami berencana menggelar teknologi PrivateCore secara langsung ke server Facebook," kata Sullivan. Server Facebook bertugas untuk menyimpan data dan juga foto yang diunggah para pengguna. Facebook mulai mengambil peran lebih besar dalam pengelolaan server dengan memindahkannya ke pusat data yang didesain dan dikembangkan sendiri.
PrivateCore merupakan perusahaan yang berbasis di Palo Alto, California, yang didirikan oleh veteran pakar keamanan dari Google dan VMware pada 2012 lalu. Usaha rintisan itu didukung permodalan dari Foundation Capital. Dalam blog post, CEO PrivateCore Oded Horovitz menyatakan bahwa dengan bergabung ke Facebook membuat mereka memiliki skala untuk bisa membuat "koneksi dunia menjadi lebih aman."
Peretasan dan pembajakan situs telah menjadi hal yang jamak terjadi saat ini, insiden yang bisa menggoyahkan posisi dan juga hubungan Facebook dengan lebih dari satu miliar pengguna bila data mereka bisa dibobol penjahat dunia maya. Awal pekan lalu, perusahaan keamanan Amerika Serikat menyatakan bahwa kelompok peretas asal Rusia telah berhasil mendapatkan 1,2 miliar nama dan kata sandi. Perusahaan ritel seperti Target, EBay, sampai aplikasi kirim pesan foto Snapchat juga pernah mengalami peretasan yang bertujuan mencuri data transaksi kartu kredit penggunanya.
"Kami berencana menggelar teknologi PrivateCore secara langsung ke server Facebook," kata Sullivan. Server Facebook bertugas untuk menyimpan data dan juga foto yang diunggah para pengguna. Facebook mulai mengambil peran lebih besar dalam pengelolaan server dengan memindahkannya ke pusat data yang didesain dan dikembangkan sendiri.